Rabu, 17 Agustus 2011

Rayuan Ibukota

Ibukota
Dengan segala rayuanmu, kau buat aku hanyut dalam gairah.
Dengan segala kemegahanmu, kau dorong aku dalam khilaf.

Ibukota
Kau buat aku membohongi ibu yang membesarkanku
Lalu pergi mengais pergaulan yang menggoyahkan imanku
Aku mulai mabuk dengan gemerlapnya ibukota
Menikmati manisnya dosa yang kubuat

Godaan dan nafsu memanggil-manggilku
Hati kecilku mengatakan tidak, namun aku tergiur dalam nista
Aku semakin jauh dari Tuhan yang merindukanku
Iblispun berpesta menyambut aku

Aku tidak takut pada siapapun
Seakan seisi dunia ada dalam genggamanku
Peduli apa pada ibuku yang kolot
Sudah ketinggalan jaman kau ibu
Aku hanya butuh uangmu, aku bisa hidup tanpa dirimu
Aku terjatuh semakin dalam
Untuk kesekian kalinya kuulangi dosa-dosaku
Walaupun ada setitik hasratku untuk kembali

Namun semakin aku berusaha keluar, semakin kuat mereka menarikku




















Aku rindu kebebasan,
aku rindu teman sejati yang tidak meminta balasan atas kebaikannya
Aku rindu ibuku yang kolot
yang menyayangi aku apa adanya

Tapi semua itu sudah terlambat
Angin yang kutabur telah berbuah badai
Dan mereka semua pergi begitu saja,
menjual harga diri mereka pada para uang
Kemana lagi aku harus meminta keselamatan?
Tolong aku Tuhan !
Aku ingin bangkit dari kematian imanku

Ibu, ibu, aku pulang
Dombamu yang hilang sudah kembali
Jangan benci padaku ibu
Aku tidak punya siapapun lagi
Maafkan aku ibu

Tuhan terima kasih kau beri aku kesempatan untuk kembali
Ibukota memang membuat segalanya mudah
Mudah datang, mudah pergi, mudah hilang
Ragaku mungkin tak tertolong lagi, tapi tidak iman dan harapanku


Nb : Puisi ini saya bacakan saat Misa Inovatif di Gereja St Matias Rasul 17 Agustus 2011 sebagai narasi untuk fragmen tentang Kemiskinan Iman :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar